Cara Nabi Mendidik Anak Shalat

Bismillah. Berikut adalah catatan transkrip dari kajian Syaikh Prof  Sulaiman Ruhaily, dosen Universitas Islam Madinah, berjudul Cara Nabi Mendidik Untuk Anak Shalat.



Salah satu indikator yang menunjukkan keshalihan seseorang adalah shalatnya. Shalat adalah hal yang paling penting di dunia ini, setelah tauhid. Betapa banyak perintah shalat diulang-ulang di dalam al-Quran dan hadith, pahalanya, serta ancaman jika meninggalkannya. Maka, sudah tentu kita berdoa dan berusaha agar keturunan kita benar-benar menegakkan shalat, sebagaimana doa Nabi Ibrahim ketika beliau meninggalkan istrinya (Sarah) dan anaknya (Ismail) di Bakkah:Salah satu sumber pahala jariyah adalah anak shalih yang mendoakan orang tuanya. Maka sangat penting bagi kita untuk mengilmui bagaimana cara mendidik anak agar menjadi seorang yang shalih.

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ

"Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat..." (Surah Ibrahim 14:37)

Lalu bagaimana caranya mendidik anak? 

Alhamdulillah. Cara mendidik anak shalat sudah dijelaskan oleh Rasulullah. Berikut adalah transkrip dari kajian Syaikh Sulaiman ar-Ruhaily.

Cara Nabi Mendidik Anak Shalat
Cara Nabi Mendidik Anak Shalat

Manusia tumbuh melalui fase-fase kehidupan. Fase-fase tersebut dimulai dari anak kecil yang belum tamyiz. Sebagian ulama mengatakan anak kecil yang belum tamyiz adalah seorang anak yang belum bisa membedakan antara kurma dan bara api. Begitu juga, ia belum bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan. 

Anak yang seperti ini belum diperintahkan dengan kewajiban apa pun dan belum terbebani syariat. Walaupun ia belum terbebani syariat, ketika ia sudah bisa melakukan sesuatu, maka kita bimbing dia. Jika kita tahu, dia sudah bisa menghafal Al-Qur’an, kita bantu dia menghafal. Jika kita tahu, ia suka shalat, kita jangan melarangnya. Bahkan,kita harus memotivasinya untuk shalat. Akan tetapi yang perlu dicatat, kita tidak boleh memerintahnya terlebih dahulu, karena belum saatnya ia menerima perintah.

Setelah itu, ia akan berpindah menuju usia tamyiz. Terkait patokan umur tamyiz, sebagian ulama mengatakan:
“Tidak ada batas umur tertentu, untuk menentukan apakah seorang anak sudah tamyiz atau belum, dapat dilihat dari sikap sang anak. Jika ia telah mampu membedakan antara hal yang merugikan dan bermanfaat, maka dikatakan ia telah masuk usia tamyiz.
Dan sebagian ulama berpendapat: “(Tamyiz) dimulai dari umur tujuh tahun." Dan pendapat ini lebih tepat, karena Nabi (ﷺ) pernah bersabda :
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat, saat mereka berumur tujuh tahun”

Dan ini adalah perintah yang lembut, membimbing dan menyemangati. Tanpa ada hukuman sama sekali. Sekali lagi, tanpa ada hukuman!
Sebagai contoh, kita bisa mengatakan:
“Ayo kita shalat (nak).”
"Jika kamu shalat, maka kamu akan diberi Allah surga!"

Dan hal ini sangat penting sekali, saudaraku! Sangat penting sekali!
Kita katakan: "Jika kamu shalat, maka Allah akan memberimu surga, Allah akan memasukkanmu ke surga. Dan di surga akan ada seperti ini dan seperti itu."

Ketika mereka beramal, (jangan) engkau biasakan mereka berharap dunia.
Sebuah kesalahan besar, engkau tanamkan dalam hati anak ketika mereka beramal, hanya karena tujuan dunia saja.
Semisal engkau mengatakan:
“Ayo shalat nak, nanti saya beri satu dirham!”
"Ayo shalat(nak), nanti saya beri 10 dirham!”
“Ayo shalat (nak) , nanti saya ajak piknik ke sana!”

Sikap orang tua yang seperti itu, menumbuhkan maksud-maksud dunia di hati anak.
Maka hindari yang demikian, jadikanlah surga dan keridhaan Allah, sebagai tujuan anak ketika beribadah.
Katakan kepada mereka!:
“Jika kamu shalat, bisa jadi nanti Allah akan memberikan kepada saya ide, untuk memberi mu 10 dirham”
Selalu kaitkan dengan Allah!
Karena dia masih kecil, sangat mudah untuk menerima pelajaran.
“Jika engkau shalat, bisa jadi nanti Allah akan memberikan ide pada saya, untuk mengajakmu piknik ke tempat ‘X’”

Selalu kaitkan dengan Allah! Ini sangat penting sekali, ketika kita ingin mendidik mereka dengan keimanan. Begitu juga dalam menanamkan keikhlasan dalam hati mereka dan ketergantungan mereka kepada Allah (ﷻ)
Oleh karena itu, pasti kalian pernah menemui seorang anak yang tidak mau berbohong. Jika kalian tanyakan kepada mereka, kenapa ?
la akan menjawab: “Karena berbohong bisa menyebabkan manusia masuk ke neraka.” “Bohong akan mengantarkan manusia ke neraka.”
Didiklah anak-anak kalian di atas hal-hal ini tadi. Dan pelajaran seperti ini, pasti akan selalu mereka ingat.

Akan tetapi jika ia berbohong, lalu kalian katakan  “Jangan berbohong, nanti saya akan marah kepada mu!"
Selesai sudah, saat ia jauh darimu, pasti dia tidak akan takut berbohong.
Permasalahan seperti ini, sangat penting sekali untuk diperhatikan.

Kemudian, kapan mereka diperintahkan shalat?
Kita katakan : “Kesimpulannya, kita bisa memerintah anak untuk shalat mulai umur tujuh tahun.”
“Perintah untuk memotivasi, tanpa mengancam, tanpa memukul, tanpa mencela, tanpa menghina, tanpa ada hukuman apa-apa.
Seperti itu, sampai umur10 tahun.

Wajib bagi kalian, selama tiga tahun, perhatikan ini saudara-saudaraku! Wajib atas kalian, wahai para bapak, wahai para ibu! Wajib untuk memerintahkan anak-anak kalian shalat, walaupun sebenarnya shalat belum wajib atas mereka.
Maksudnya: kalian wajib memerintahkan mereka. Tapi hukum shalat, belum wajib atas mereka.

Dengan kata lain, jika kalian tidak memerintahkannya, maka kalian telah melakukan dosa. Dan jika anak tersebut tidak shalat, maka ia tidak berdosa, dan usahakan untuk selalu memerintahkan anak untuk shalat.
Misalnya setiap kali waktu shalat datang : “Nak (sebut namanya), shalat nak!”
Seperti itu sampai umur 10 tahun.

Jika anak sudah mencapai umur 10 tahun, shalat tetap belum wajib bagi mereka, dan kalaupun mereka tidak shalat, tidak ada dosa baginya. Akan tetapi jika ia telah mencapai umur 10 tahun, tapi tidak shalat, maka ia wajib dipukul (dengan pukulan yang tidak menimbulkan bekas luka).

Hal tersebut dilakukan, agar mereka terbiasa shalat saat mereka telah dewasa nanti.
Nah, mulai dari umur 10 tahun hingga ia baligh, mulai dididik dengan ancaman (hukuman). Di antara bentuk ancaman (hukuman itu) adalah pukulan dengan tujuan agar anak tersebut mau melaksanakan shalat.

Seperti inilah cara mendidik anak untuk shalat, yang diajarkan Nabi (ﷺ).

Sumber: Shahih Fiqih https://www.youtube.com/watch?v=yjsZE9pRmTY