Andai ane masih kecil, ane akan main terus aja gasuah nugas haha

 “would have said” vs “would said”

Ada dua kalimat:

(1) Even if she had been here, I would have said the same thing.

(2) Even if she had been here, I would said the same thing.

Mana yang benar?
(1) Apakah dia (she) ada di sana?
(2) Apakah saya mengatakan hal yang sama?


Bentar tak cerita dulu, sering kali kalau saya menemukan sesuatu yang menarik lalu saya share faidahnya di whatsapp, 24 jam kemudian faidah itu hilang, maka, Hey kenapa ga ditulis di blog saja? Gitu, jadi saya tulis di sini deh.
Kebetulan ada teks yang harus diterjemahkan tadi pagi, ada kalimat pengandaian yang menarik untuk dibahas, kayaknya temen-temen juga masih bingung dengan kalimat pengandaian haha, bahkan mahasiswa bahasa Inggris sekalipun.
Sebelum membahas kalimat di atas (yang bahasa inggris), kita coba ngobrol tentang kalimat pengandaian dulu bentar. Sebentar saja, singkat.
Kalimat pengandaian (conditional sentences/conditional clauses/if clauses) di dalam bahasa Inggris terbagi menjadi 4 tipe, walaupun ada juga yang mengatakan 3 tipe sih. Tak jelasin konsepnya, cara gampangnya nih, insyaAllah:

memahami kalimat pengandaian

Tipe pertama adalah pengandaian yang mungkin dan kemungkinan terjadi.

Contoh:
Jika wabah covid sudah hilang, maka pembelajaran di sekolah kembali dilakukan dengan tatap muka.
Wkwk contohnya kontekstual banget sama zaman kan?
Wabah covid kemungkinan hilang, seperti wabah-wabah lain yang dulu pernah ada dan sekarang menghilang. Jadi wabah covid hilang merupakan sebuah pengandaian yang mungkin. Beda dengan perkataan “Kalau kami bisa lihat Allah di dunia, kami akan beriman”, itu tidak mungkin, kalimat pengandaian yang tidak mungkin.

Tipe kedua adalah pengandaian yang juga masih mungkin, tapi kemungkinan tidak terjadi.

Contoh: Jika saya (feri) punya ilmu sedalam ilmunya Syaikh Shalih al-Fauzan, saya akan menulis buku-buku.
Masih ada kemungkinan buat saya untuk memiliki ilmu sedalam ilmu beliau hafizahullah, kemungkinan itu ada (misalnya kalau saya ga ngapa-ngapain seumur hidup kecuali belajar di bawah bimbingan  beliau). Jadi ini masih mungkin, tapi sulit. Wis angel, angel. Wkwk. Kayake nggak bakalan lah.

Tipe ketiga adalah pengandaian yang tidak mungkin, karena kejadiannya sudah lewat, sudah masa lalu.

Contoh: Jika ibu masih ada, saya akan berusaha membuat beliau tersenyum setiap hari.
Tetapi karena ibu sudah tiada, maka saat ini di dunia tidak mungkin lagi membuat beliau tersenyum.

Tipe nol adalah pengandaian tentang fakta (general truth).
Contoh: Jika air dibuat sampe 0 derajat celcius, maka air akan membeku.

Nah, konsepnya seperti itu. Setiap tipe harus diungkapkan dengan cara tersendiri. Ya ga harus sih sebenernya, kalau bilang harus nanti dibilang prescriptif lagi -_-.  Tapi kalau mau ikut standar ya harus.
Setiap tipe harus diungkapkan dengan bentuk verb tersendiri.

contoh bikin gampang paham

Kita langsung lihat contoh saja biar enak.

Tipe Satu

Tipe satu, ingat? Yang mungkin dan kemungkinan terjadi. Ini diungkapkan pakai simple present + future. Jangan pusing dulu. Lihat berikut: 

Jika saya tahu alamat dia, saya akan kirimi dia undangan.
Misalnya dia adalah teman sekelas saat sekolah dulu.
Saya masih mungkin untuk tahu alamat dia, misalnya dengan tanya di grup WA kelas misalnya. Jadi masih mungkin saya tahu alamat dia, dan kemungkinan besar saya akan tahu alamat dia tinggal. Kalau ditulis di bahasa Inggris, jadinya seperti ini kurang lebih:
 

If I find his address, I’ll send him an invitation.
 

Susunannya adalah If + simple present + future.
If + I find his address, + I’ll send him an invitation.
I find his addres adalah simple present. Kenapa? Mudahnya, coba lihat verb (kata kerjanya), find adalah kata kerja finite bentuk 1 (disebut stem). Sebenarnya panjang kalau kita bicara finite verb dan non finite verb. Anggap saja antum sudah paham susunan simple present ya.
I’ll send him an invitation adalah bentuk future. Jadi kalimatnya asilnya adalah I will send him an invitation. Bentuk future seperti itu lah ya, anggap sudah paham saja hehe.

Tipe kedua.

Jika saya tahu alamat dia, saya akan kirimi dia undangan.
Misalnya dia di sini adalah seorang yang saya kenal di sebuah daurah yang saya pernah ikuti di luar kota.
Saya masih mungkin untuk tahu alamat dia, tapi sulit, kemungkinan nggak dapet. Maka ditulis dengan bentuk lampau.


If I found his address, I would send him an invitation.
 

Susunannya adalah If + Simple past + would + infinitive
Jangan pusing dulu.
I found her address adalah kalimat dalam bentuk lampau, simple past. Lihat verb nya, found adalah bentuk 2 dari find.
I would send her an invitation adalah would + infinitive (yaitu send). Infinitive adalah verb1, sama saja mau sebut verb1, stem, infinitive.

Tipe ketiga.

Jika saya tahu alamat dia, saya akan kirimi dia undangan.
Misalnya dia adalah temen sekelas. TAPI acara nikahannya sudah selesai jadi ndak mungkin lagi ngirim undangan. Gitu.
 

If I had found his address, I would have sent him an invitation.
 

Susunannya adalah If + Past perfect + would + have + verb3
I had found his address adalah kalimat dalam bentuk past perfect. Kenapa? Nggak usah pake teori panjang, lihat saja verbnya. Had adalah bentuk lampau dari have. Kemudian had diikuti oleh found. Sedangkan found adalah verb3 dari find. Maka disebut past perfect.
Jadi kalau kita perhatikan, kalimat yang sama dalam bahasa Indonesia, dapat diterjemahkan menjadi 3 kalimat yang berbeda di bahasa Inggris.
 

Tipe nol.

If you touch a fire, you get burned.
Tipe nol yang paling gampang.
Susunannya adalah if+ simple present + simple present.


Oke kembali ke masalah di awal.

“would have said” vs “would said”

Ada dua kalimat:

  1. Even if she had been here, I would have said the same thing.
  2. Even if she had been here, I would said the same thing.

Mana yang benar?
Apakah dia (she) ada di sana?
Apakah saya mengatakan hal yang sama?

Kalau kita lihat, ini adalah tipe ke 3. Karena kejadiannya di masa lalu.
Artinya:
Dia (she) dulu tidak ada di sana saat saya mengatakan sesuatu, tapi kalau diapun di sana, saya tetap akan mengatakan hal yang sama.
Kehadiran dia (she) tidak membawa pengaruh kepada apa yang saya katakan (di waktu lampau).

Jadi gampangnya susunan tipe ke 3 adalah If + Past Perfect + would + have + verb3 

If she had been there, I would have said the same thing. 

Jadi Kalimat nomer 2 tidak tepat.

Jadi konsepnya, untuk membuat pengandaian, hukum asalnya adalah dengan memundurkan kalimat menjadi past, misalnya simple past, mundur jadi past perfect.
You worked hard. (simple past: sebuah kejadian masa lalu)


You had worked hard. (past perfect: dimundurkan untuk membuat pengadaian.
If you had worked hard, you would not have had to suffer this much.

 

Lalu kita pakai would sebagai bentuk lampau dari will.
 

I will meet you at the airport.
I would meet you at the airport if I had a car.
 

Coba lihat kalimat di atas. Tipe berapa coba tebak?
Tipe dua. Kenapa? Kalau kita balik, jadi gini:
 

If I had a car, I would meet you at the airport.
If I had a car adalah kalimat dalam simple past.
 

I would meet you at the airport adalah bentuk would + infititive. Baca lagi di atas.
Makna yang tersirat adalah, kemungkinan besar dia ga ada mobil, dengan kata lain, kemungkinan besar dia tidak akan bisa menemuimu di bandara. Begitu.
 

Akhirnya, menulis artikel ini telah membawa manfaat untuk saya pribadi karena bisa menilik kembali materi ini biar makin mutkin hehe, lalu semoga bermanfaat untuk pembaca sekalian. Sekian.